Nama : Galuhratri Rakasiwi 

        NPM : 2210631050070 

Krisis Kesehatan Mental Mahasiswa di Indonesia 

            Kesehatan mental merupakan aspek penting dari kesejahteraan manusia yang sering kali diabaikan. Permasalahan kesehatan mental di kalangan mahasiswa telah menjadi perhatian di Indonesia. Kesehatan mental mahasiswa di Indonesia semakin memprihatinkan dalam beberapa tahun terakhir. Dengan tekanan akademis, ekspektasi sosial, dan ketidakpastian ekonomi, banyak mahasiswa mengalami tingkat stres, kecemasan, dan depresi. Dengan memahami faktor-faktor yang mendasarinya dan mengidentifikasi tindakan yang tepat, kita dapat mendukung dan memprioritaskan kesejahteraan mahasiswa Indonesia dengan lebih baik. Sehingga, untuk mengatasi krisis kesehatan mental di kalangan mahasiswa di Indonesia adalah dengan menerapkan program kesehatan mental yang menyeluruh dan layanan dukungan di kampus-kampus.

            Kesehatan mental mengacu pada kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial seseorang, yang memengaruhi cara individu berpikir, merasakan, dan bertindak. Ini mencakup kemampuan untuk mengatasi stres, menjaga hubungan yang sehat, dan berkontribusi kepada masyarakat. Daradjat (2001), menyatakan bahwa ada banyak definisi tentang kesehatan mental yang diberikan para ahli, sesuai dengan pandangan dan bidangnya masing-masing. Definisi tersebut antara lain: 1) Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose). 2) Kesehatan mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup. 3) Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat, dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain; serta terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa. 4) Kesehatan mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.

            Kesehatan mental bukan sekedar tidak adanya gangguan mental tetapi juga adanya kualitas positif seperti ketahanan, kesadaran diri, dan kemampuan beradaptasi terhadap tantangan hidup. Hal ini merupakan aspek penting dari kesejahteraan secara keseluruhan dan harus dipelihara serta diprioritaskan untuk memastikan kehidupan yang memuaskan dan produktif

            Tekanan akademis menjadi masalah di kalangan mahasiswa di Indonesia, yang berujung pada krisis kesehatan mental. Beban kerja yang berlebihan, daya saing, dan ekspektasi tinggi dari orang tua dan masyarakat yang dibebankan kepada mahasiswa telah mengakibatkan menurunnya kesejahteraan mereka. Mahasiswa sering kali merasa tertekan untuk memenuhi impian orang tua dan harapan masyarakat. Tekanan yang kuat ini dapat menyebabkan masalah kesehatan mental ketika mahasiswa berusaha untuk memenuhi standar yang tinggi ini, membuat mereka kewalahan dan tidak mampu memenuhi tuntutan yang dibebankan kepada mereka. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi (Arif, Krisis Kesehatan Mental Melonjak di Kalangan Remaja, 3 Mei 2023). Sehingga, penting bagi setiap universitas dan pemerintah untuk menerapkan sistem dukungan dan sumber daya yang memadai untuk mengatasi kekhawatiran yang semakin besar ini dan memastikan kesejahteraan mental mahasiswanya.

            Tekanan keuangan seperti meningkatnya biaya pendidikan, ditambah dengan terbatasnya kesempatan kerja, turut menyebabkan kecemasan, depresi, dan masalah kesehatan mental lainnya. Ketika seseorang menghadapi tekanan keuangan yang berkepanjangan, seperti membayar utang pendidikan atau mencoba memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan pendapatan yang terbatas, ini dapat memunculkan perasaan ketidakpastian dan ketidakamanan finansial. Kecemasan tentang masa depan keuangan dapat menjadi beban yang sangat berat, mengganggu tidur, konsentrasi, dan hubungan sosial, serta memengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan. Menurut Perna (2010) dalam jurnal Gangguan Mental Emosisonal Siswa Sekolah Dasar (2019) mengatakan bahwa tingkat sosial ekonomi yang rendah berhubungan signifikan dengan buruknya kesehatan mental. Pendidikan terjangkau dan kesempatan kerja yang banyak dapat mengurangi tekanan keuangan yang dihadapi mahasiswa.

            Stigma terhadap penderita masalah kesehatan mental di Indonesia masih sangat kuat. Orang yang mengalami masalah kesehatan mental sering terkucilkan, sehingga dapat menambah masalah kesehatan mental yang diderita. Pada umumnya orang yang mengalami masalah mental tidak mau mendapat perawatan atau layanan konseling dari tenaga ahli yang profesional lantaran stigma yang ada pada masyarakat. Menurut Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey 2022, 15,5 juta (34,9 persen) remaja mengalami masalah mental dan 2,45 juta (5,5 persen) remaja mengalami gangguan mental. Dari jumlah itu, baru 2,6 persen yang mengakses layanan konseling, baik emosi maupun perilaku (Arif, Krisis Kesehatan Mental Melonjak di Kalangan Remaja, 3 Mei 2023). Sehingga, untuk mengatasi masalah ini diperlukan upaya untuk mengedukasi masyarakat, mengurangi stigma, meningkatkan akses ke layanan kesehatan mental, dan memberikan dukungan kepada individu yang mengalami masalah kesehatan mental.

            Akibat dari krisis kesehatan mental di kalangan mahasiswa Indonesia sangat luas dan signifikan. Pertama, prestasi akademis mahasiswa sangat terpengaruh, karena depresi dan kecemasan dapat mengganggu kemampuan mereka untuk berkonsentrasi dan mengingat informasi. Hal ini dapat menyebabkan nilai yang lebih rendah dan penurunan prestasi akademik secara keseluruhan. Selain itu, krisis kesehatan mental juga berdampak pada kesejahteraan sosial dan emosional siswa. Hal ini dapat menghambat kemampuan mereka untuk membangun dan memelihara hubungan, sehingga menyebabkan perasaan terisolasi dan kesepian. Krisis kesehatan mental di kalangan mahasiswa juga dapat mengakibatkan tingginya angka putus kuliah, karena banyak orang merasa kewalahan dan tidak mampu memenuhi tuntutan studi mereka. Gangguan kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, dan stres, dapat mengganggu fungsi kognitif, afektif, dan perilaku seseorang, sehingga berdampak negatif pada prestasi akademiknya (Dali, 2018). Oleh karena itu, sangat penting untuk mengatasi dan memberikan dukungan terhadap kebutuhan kesehatan mental mahasiswa di Indonesia untuk mencegah konsekuensi buruk ini.

            Kesehatan mental penting bagi kesejahteraan individu, mencakup kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial. Tekanan akademis, tekanan keuangan, dan stigma terhadap masalah kesehatan mental merupakan masalah serius yang memengaruhi mahasiswa di Indonesia. Ini dapat berdampak pada prestasi akademis, kesejahteraan sosial, dan kesejahteraan mental mereka secara keseluruhan. Untuk mengatasi masalah ini, sangat penting untuk mengintegrasikan pendidikan kesehatan mental ke dalam kurikulum dan mengadakan inisiatif yang mendukung kesadaran kesehatan mental. Pemerintah perlu berperan dalam memastikan akses pendidikan yang terjangkau dan menciptakan lebih banyak peluang kerja untuk mengurangi tekanan keuangan yang dihadapi mahasiswa. Pembentukan klub kesehatan mental dan kampanye kesadaran oleh mahasiswa dapat membantu mengurangi stigma dan menciptakan lingkungan yang mendukung pencarian bantuan ketika diperlukan. Dengan mengambil tindakan ini, kita dapat membantu mencegah konsekuensi buruk dari krisis kesehatan mental di kalangan mahasiswa di Indonesia.

            

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama