Nama : Ara Azkannaila 

        NPM : 2110631050007 

Lingkungan Tempat Hidup, Lingkungan Sehat untuk Hidup di Era Sosiety 5.0

            Lingkungan hidup adalah tempat berlangsungnya kehidupan di muka bumi, yang komponennya terdiri dari individu, populasi, komunitas, hingga bioma dan biosfer. Dan juga merupakan suatu ruang kesatuan yang terdiri dari benda, daya, keadaan, manusia, serta makhluk hidup lainnya yakni hewan dan tumbuhan termasuk perilakunya yang mempengaruhi kehidupan. Hal-hal tersebut merupakan suatu fakta ilmiah terkait komoditas yang mendiami bumi kita ini. Berbicara tentang lingkungan pasti tak dapat dipisahkan dengan makhluk hidup. Tentu saja hal ini sangat berkaitan, karena pada hakikatnya alam atau lingkungan yang lestari serta sistem yang ada di dalamnya dapat berjalan dengan baik pun tak sedikit yang melalui bantuan makhluk hidup. Contohnya adalah suatu tanaman yang jika tidak dibuahi oleh makhluk hidup seperti kupu-kupu, burung, dan lain sebagainya, maka ia tidak akan dapat melakukan penyerbukan. Sehingga, terhambatlah proses perkembangbiakan tanaman tersebut. Bukan hanya hal itu saja, manusia juga sangat berpengaruh terhadap keseimbangan yang terjadi di lingkungan. Manusia membawa pengaruh besar terhadap lingkungan, sebab diperkirakan hampir 80% mayoritas kegiatan manusia pasti melibatkan lingkungan. Oleh karena itu, tidak heran jika dapat dikatakan bahwa manusia sebagai pelestari lingkungan, namun juga dikatakan sebagai perusak lingkungan. 

            Pemerintah saat ini berfokus pada pembangunan manusia yang tercantum dalam RPJMN 2020-2024, dan diharapkan berbagai program pemerintah yang tercipta dari RPJMN 2020-2024 tersebut mampu memperbaiki dan menambahkan lagi potensi modal manusia atau human capital di Indonesia. Namun, masih banyak pembangunan yang sifatnya tidak terlalu penting dan masih menjadi fokus negara saat ini. Salah satu contohnya ialah pembangunan IKN (Ibu Kota Nusantara). Meskipun ini merupakan solusi dari pemerintah terhadap berbagai permasalahan yang terjadi di ibukota kita saat ini yaitu DKI Jakarta, mempercepat transformasi perekonomian di Indonesia yang kurang merata terutama daerah yang jangkauannya diluar pulau Jawa, serta mencapai target Indonesia sebagai negara maju, sesuai visi Indonesia 2045. Tetapi jika prestasi tersebut nantinya tidak sebanding dengan kondisi alam, lingkungan, terutama kesehatan penduduk Indonesia sendiri, maka hal tersebut akan terasa absurd. Karena, yang ada hanyalah membebankan biaya anggaran negara yang terus menerus menjadi hutang yang menggunung hingga saat ini. Meskipun memang pemindahan ibukota ini sudah sempat diutarakan sejak zaman Pak Suharto, dan juga sempat kembali diwacanakan oleh Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, sebagai salah satu solusi dari permasalahan tersebut. Akan tetapi, menurut Dr. M. Rizal Taufikurrahman, peneliti Index Jakarta, dalam paparannya beliau menilai bahwa pembangunan IKN memiliki risiko yang sangat besar. Kenapa? Karena kondisi Indonesia saat ini masih dalam masa pemulihan pasca Covid-19 kemarin. Maka dari itu, seharusnya pemerintah lebih baik berfokus terlebih dahulu terhadap kondisi perekonomian masyarakat yang sempat terpuruk saat masa Covid-19, serta kondisi kesehatan di lingkungan masyarakat yang masih belum stabil pasca pandemi, meskipun sudah memasuki era new normal akibat dampak dari Covid-19. Hal ini dikarenakan pembangunan IKN yang cukup banyak menyedot jumlah anggaran dari APBN. Maka, seharusnya pemerintah juga mementingkan terlebih dahulu aspek-aspek tersebut.

            Sedangkan, menurut Masitoh Nur Rohmah, S. Hub. Int., MA, dosen politik lingkungan HI UII bahwa proses pemindahan ibukota sangat rentan terhadap pembangunan yang bersifat jangka pendek. Atau justru malah merusak poin-poin yang bisa diproyeksikan untuk jangka panjang, contohnya pada lingkungan serta terpecahnya sektor ekonomi dan sosial sebagai satu kesatuan. Ide pemindahan ibukota ini memang cukup bagus, dan sedikit banyaknya memang bisa menyelesaikan beberapa permasalahan. Akan tetapi, timing atau waktunya mungkin yang belum tepat dikarenakan masih banyak permasalahan yang harus diselesaikan oleh pemerintah, karena kondisi beberapa aspek masyarakat masih perlu penstabilan. Kondisi lingkungan Kalimantan yang masih sangat asri, bahkan disebut sebagai paru-paru dunia juga perlu diperhatikan. Jangan sampai dengan adanya hal ini malah menimbulkan masalah baru di lingkungan, contohnya seperti limbah, pencemaran, rusaknya struktur tanah, dan lain sebagainya yang harus diantisipasi oleh pemerintah. Kebakaran hutan dan deforestasi menjadi masalah lain yang seharusnya menjadi perhatian pemerintah, karena hal tersebut akan sangat berdampak pada lingkungan masyarakat serta kondisi kesehatan masyarakat yang diakibatkan oleh sirkulasi udara yang memburuk. Belum lagi permasalahan lingkungan di kota besar yakni asap polusi kendaraan maupun industri, dan terutama sampah yang kian hari semakin pelik.

            Berbicara tentang sampah, permasalahan tersebut memang telah menjadi masalah global bahkan universal. Isu tersebut memang merupakan PR berkepanjangan, seiring dengan perkembangan zaman dan peradaban. Terutama di dunia yang telah banyak sekali berubah ini. Mulai dari segi teknologi komunikasi dan informasi, gaya hidup (lifestyle), sosial budaya, dan lain sebagainya. Sebut saja ini merupakan era revolusi teknologi. Namun, dikala perkembangan yang begitu pesat ini kita semua lupa akan hal kecil yang sangat mendasar di kehidupan. Apakah permasalahan tersebut? Ya, jawabannya ialah sampah. Terkadang kita sering lupa bahwa dengan membuang sampah sembarangan misalkan satu saja per-hari, bayangkan jika ada 1.000 orang atau lebih dalam suatu daerah atau kota yang melakukan hal tersebut. Belum lagi dengan sampah rumah tangga, maupun sampah industri, dan lain yang sebagainya. Oleh karena itu, kesadaran terhadap lingkungan sangat penting sekali diterapkan untuk setiap individu. Bahkan, seharusnya sedari kecil penanaman nilai-nilai kepekaan terhadap lingkungan sudah harus diajarkan ataupun harus diterapkan. Karena, tak jarang yang melakukan pencemaran, atau membuang sampah sembarangan tersebut merupakan orang berpendidikan, tokoh masyarakat, atau bahkan pejabat. Mengapa hal itu bisa terjadi? Karena kebiasaan pada setiap individu tersebut yang memang terbiasa untuk melakukan hal-hal yang tidak sepantasnya seperti tadi. Belum lagi dengan permasalahan lingkungan seperti asap polusi kendaraan bermotor, sisa-sisa pembuangan uap pabrik, dan lain sebagainya. Belum lagi dengan kawasan terbuka hijau yang menjadi semakin berkurang saat ini, karena dipakai untuk area pembangunan seperti perumahan, kawasan industri, dan lain-lain. Maka dari itu, menurut pemaparan dari ibu Masitoh Nur Rohmah tadi, bahwa pembangunan yang dilakukan pemerintah itu jangan sampai malah menimbulkan masalah baru di masyarakat, apalagi sampai terbengkalai. Karena, bukan hanya negara yang akan mengalami kerugian tetapi seluruh rakyat Indonesia pula, sebab uang tersebut merupakan uang-uang rakyat juga. Jika negara merugi, rakyat akan merasakan dampaknya juga. Akibatnya kebutuhan pokok naik, kesenjangan sosial dan lain sebagainya. Jadi, sudah sepantasnya pemerintah juga memikirkan kepentingan rakyat. Bukan hanya dari segi pembangunan atau perekonomiannya saja, tetapi pada aspek yang berdampak pada lingkungan juga.

            Akan tetapi, mengenai permasalahan di lingkungan, kita tidak boleh menyalahkan atau bahkan menyudutkan salah satu pihak. Karena, hal tersebut harus diawali dari diri kita masingmasing. Dan jangan pernah pula merasa gengsi, dan merasa paling benar. Karena sesungguhnya orang yang pintar, bukanlah yang merasa dirinya pintar. Begitupula dengan orang yang benar, bukanlah orang yang merasa paling benar. Justru dengan semakin banyaknya ilmu pada diri kita, pencapaian, dan lainnya pada diri kita. Maka, akan semakin banyak kita berintrospeksi diri atau bermuhasabah kembali untuk menilai diri kita, apakah sudah baik atau belum. Salah satu contohnya yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari yaitu mahasiswa. Janganlah dahulu mengambil contoh yang terlalu jauh, karena sebenarnya sebagai individu yang disebut sebagai Agent Of Change ( Agen Perubahan) sudah sepantasnya kita mencontohkan atau memberikan hal-hal baik nan positif meskipun itu hanya hal kecil dan sepele. Jangan sampai kita berorasi, berargumentasi panjang lebar, menuntut keadilan, tetapi diri kita sendiri belum melakukan perubahan apa-apa. Contohnya, seperti yang baru-baru ini terjadi juga yaitu mahasiswa berdemo menuntut keadilan masyarakat. Tetapi, setelahnya mereka lupa dengan apa yang mereka sebabkan. Pastinya dengan begitu ramainya situasi tersebut, sampai-sampai mereka melupakan apa yang mereka sebabkan dapat menimbulkan masalah baru. Pada tahun 2020 kemarin, saat sehabis demonstransi dilakukan pemerintah mengangkut 398 ton sampah, yang terdiri dari berbagai macam bentuknya. Sungguh sangat ironi sekali, meskipun apa yang ia suarakan tersebut juga merupakan suara rakyat. Akan tetapi, dengan sikap dan akibat dari perbuatannya tersebut, menjadikan banyak pihak merasa terugikan pula. Bukan hanya kepada pemerintah, tetapi juga masyarakat sekitar sana yang terganggu mulai dari sampah tersebut.

            Namun, hal tersebut juga tidak berlaku untuk semua individu, sebab masih banyak pula orang-orang yang sadar terhadap suatu hal kecil tersebut terutama persoalan terkait lingkungan. Dan masih banyak pula orang-orang baik mahasiswa, warga sipil, buruh, pedagang, dan lain sebagainya yang mulai sadar akan kebersihan dan kesehatan lingkungan. Akan tetapi, hal ini harus dibangun terus menerus dan dijadikan kebiasaan oleh tiap-tiap individu masyarakat. Karena, kebersihan merupakan tanggung jawab kita bersama. Mau menyalahkan pemerintah sedemikian rupa pun, tetapi kita tidak dapat mengelak pula bahwa kita memang pasti pernah juga melakukannya (pencemaran, atau buang sampah sembarangan). Kita perlu mendewasakan diri kita kembali, dan membuka pikiran kita (open minded) terhadap apa yang seharusnya memang permasalahan kita bersama. Di era revolusi teknologi saat ini, atau biasa disebut society 5.0 yang memiliki konsep masyarakat yang berpusat pada manusia dan berbasis teknologi. Terutama keadaan dunia saat ini yang masih dibiasakan lagi untuk hidup normal setelah sekian lama dilanda musibah yang mendunia dan telah menjadi masalah universal. Kita harus membiasakan diri dengan kebiasaan-kebiasaan baru, yang tentunya memiliki dampak positif tersendiri di kehidupan sehari-hari kita. Buang hal-hal yang dianggap negatif kemarin dan jadikan pembelajaran kembali untuk hidup kita ke depannya.

          

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama