MEMINIMALISASI DISKALKULIA PADA ANAK

Oleh: Ulya Sofiatunnisa (2022)

Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Singaperbangsa Karawang

    Perkembangan anak selalu berkaitan dengan bagaimana cara anak tersebut belajar. Proses belajar anak yang dilakukan, tidak jarang anak tersebut menemui kesulitan - kesulitan dalam belajar yang dilakukannya sehari-hari. Seorang anak dengan kesulitan belajar (learning disability) memiliki kesulitan dalam belajar yang meliputi pemahaman atau menggunakan bahasa lisan maupun tulisan, dan kesulitan tersebut terlihat dalam hal mendengar, berpikir, membaca, menulis, dan mengejakan. Kesulitan belajar juga dapat mencakup kesulitan mengerjakan soal matematika. Jadi pada umumnya anak memiliki kesulitan belajar pada bidang akademis yaitu membaca, menulis, dan matematika. (satrianawati, 2015)

    Diskalkulia adalah gangguan belajar matematika pada siswa yang memiliki kesulitan dalam berhitung dan mengkalkulasi. Lily Sidiarto (Haris Mudjiman dan Munawir Yusuf, 1990) mengemukakan bahwa anak diskalkulia adalah ketidakmampuan berhitung yang disebabkan oleh gangguan pada system saraf pusat. Biasanya anak lemah dalam kemampuan persepsi sosial, lemah dalam konsep arah dan waktu, dan ada gangguan memori. Anak mengalami kesulitan dalam membedakan bentuk geometrik, simbol, konsep angka, sulit menghafal penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian secara cepat. (Suharmini, 2005)

Pada dasarnya, gangguan belajar merupakan salah satu masalah yang sering ditemukan pada anak. Masalah ini bisa muncul di sekolah maupun di luar sekolah. Pada umumnya 5% dan 8% dari usia anak sekolah mengalami gangguan belajar diskalkulia, penyebab diagnosa diskalkulia (gangguan belajar matematika) dapat digolongkan ke dalam faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdapat, kemampuan pengetahuan, motivasi, potensi sikap, kebiasaan belajar, dan kondisi fisik. Sedangkan faktor eksternal terdapat di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat (Ismail, 2016)

Diskalkulia merupakan bentuk kesulitan belajar yang dialami anak dalam belajar matematika. Padahal hampir semua anak mengatakan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang paling sulit. Maka dari itu anak yang sulit belajar aritmatika, sulit untuk dikatakan memiliki masalah diskalkulia. Sehingga diskalkulia pada anak yang belajar matematika hampir sama sekali tidak dikenali. 

Banyak orang tua yang tidak mempercayai dan tidak mengetahui kalau anak mereka mengalami diskalkulia. Karena para orang tua percaya bahwa kemampuan anak mereka memang seperti itu dan tugas guru-guru di sekolah adalah membantu materi anak mereka memahamkan pelajaran matematika. Anak yang diskalkulia di sekolah akan merasa tertekan ketika sampai di rumah. Orang tua tidak memahami diskalkulia anak, anak tidak berani melaporkan hasil belajar matematikanya di sekolah. Hal ini dikarenakan anak tidak mau mendengar cemoohan bahkan pukulan hanya karena tidak bisa menyelesaikan soal-soal matematika dengan baik.

Anak diskalkulia, biasanya lebih banyak diam, menarik diri dari teman-temannya karena merasa dirinya tidak mampu. Anak yang diskalkulia juga biasanya jarang diajak bermain dengan temannya karena teman-temannya merasa disusahkan. Jikapun diajak bermain, maka anak tersebut biasanya hanya mengikuti perintah dari teman yang mengajaknya bermain. Kehidupan anak diskalkulia memperlihatkan bahwa mereka adalah anak yang butuh untuk dipahami perihal kegiatannya, tetapi tidak jarang orang mengabaikan hal ini. Karena anak yang diskalkulia dapat menjadi baik, jika dituntun dan dibimbing belajar.

Oleh karena itu sosok seorang guru sangat penting, sebagaimana perannya yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Untuk meminimalisir diskalkulia pada anak yaitu membantu anak dengan cara memberikan soal-soal secara bertahap dan berkelanjutan yang berpedoman pada teori konstruktivisme. Berdasarkan teori belajar yang dikemukakan bahwa kesulitan belajar anak berupa diskalkulia dapat diatasi dengan cara dibimbing dan dibiasakan memecahkan soal-soal matematika. Pemecahan soal yang dilakukan akan membuat pemikiran anak tentang matematika menjadi lebih mudah. Semakin sering anak mengerjakan soal, maka akan semakin mudah anak tersebut menguasai materi matematika. Seperti hal nya remedial, remedial adalah sebuah langkah perbaikan yang dilaksanakan pada fungsi kegiatan belajar mengajar yang tidak berjalan lancar. Perbaikan pengajaran tersebut  seharusnya dilaksanakan dengan personal dan memiliki feedback, untuk anak didik dan pendidik. 

Selain pemecahan soal harus adanya pemenuhan gizi yang cukup bagi anak maka berdasarkan teori pengulangan informasi untuk membantu anak yang mengalami diskalkulia adalah dengan cara melakukan pengulangan terhadap materi-materi yang telah diajarkan. Karena materi yang diajarkan jika dilakukan pengulangan akan mengaktifkan working memory sehingga anak tidak mudah lupa. Working memory akan selalu aktif manakala guru ketika memberikan pelajaran mengaitkan dengan informasi yang telah diterima oleh siswa sebelumnya. 

Dengan begitu, anak akan menyimpan informasi dalam working memorinya dan sewaktu - waktu dapat memanggilnya kembali manakala ada kebutuhan atau desakan dari anak. Inilah yang perlu dilakukan oleh guru, membangkitkan dan memberikan motivasi bagi anak untuk berpikir agar meningkatkan rasa keingintahuan mereka terharap apa yang mereka hadapi. 

Cara agar meminimalisasi diskalkulia yaitu harus ada kerja sama terpadu anatara guru dan orang tua untuk menentukan strategi belajar di kelas, memonitor perkembangan dan kesulitan anak, serta melakukan tindakan-tindakan yang perlu untuk memfasilitasi kemajuan anak. Misalnya, guru memberi saran tertentu pada orang tua dalam menentukan tugas di rumah, buku-buku bacaan, serta latihan yang disarankan seperti memberi soal-soal secara bertahap dan berkelanjutan yang berpedoman pada teori konstruktivisme. Artinya bahwa kesulitan dapat diatasi dengan cara dibimbing dan dibiasakan memecahkan soal-soal matematika. Selain itu pemberian gizi cukup dan metode pengulangan informasi agar informasi tersimpan dalam memori jangka panjang anak.

Post a Comment