Apakah Pendidikan Hanya Soal Sekolah?

Oleh:  Shofia Wakidatul Khasanah (2022)

Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Singaperbangsa Karawang

Saat masih sekolah, kita berikir bahwa dengan bersekolah kita pasti akan sukses, karena dengan bersekolah maka kita akan memperoleh pekerjaan yang baik. Tak jarang murid- murid bahkan para mahasiswa hanya mengikuti aturan belajar di sekolah atau kampusnya tanpa memikirkan apa tujuan dari belajar. Sehingga mereka sekedar melakukan proses pendidikan hanya sebatas mengikuti aturan sekolah dan mempelajari apa yang diajarkan di sekolah, bukan untuk benar-benar memperoleh ilmu, pendidian dan pengajaran yang berguna bagi kehidupannya kelak. Pendidikan karakter yang diharapkan akan membawa bangsa ini pada kemajuan pun seringkali terabaikan dalam tatanan sosial. Sehingga sulit untuk mencapai tujuan pendidkan yang maksimal.  

Pendidikan merupakan suatu usaha yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, maju tidaknya suatu bangsa ditentukan oleh kreativitas pendidikan bangsa itu sendiri. Pendidikan juga merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena setiap individu manusia mengalami proses pendidikan. Melalui pendidikan dapat dikembangkan kemampuan pribadi, daya pikir dan cara berperilaku dengan baik. 

Undang-Undang Nomor 20, Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU 20/2003) pasal 13 ayat 1 menegaskan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling mengganti dan memperkaya. Berdasarkan definisi dari pasal 1 ayat 11, 12, dan 13 masing-masing jalur pendidikan mempunyai kejelasan makna dan pengertian. Pendidikan formal merupakan jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, sedangkan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan (Depdiknas, 2003).

Nah, berdasarkan Undang undang tersebut, disebutkan bahwa sekolah hanya mencakup pada pendidikan formal saja. Sedangkan terdapat dua aspek lainnya yaitu pendidikan nonformal seperti halnya kursus dan kegiatan ekstra, serta pendidikan informal yang diperoleh dari keluarga dan lingkungan. Dengan melakukan pendidikan nonformal seperti ikut kursus komputer, bahasa, olahraga, dan sebagainya ataupun mengiuti kegiatan estrakulikuler maka akan meningkatkan kemampuan peserta didik di bidang yang diminatinya. Pelajaran yang diajarkan di sekolah memang akan sangat dibutuhkan ketika kita memasuki dunia kerja dan bermasyarakat, namun kemampuan softskill dari pendidian nonformal akan membuat wawasan makin luas, kemampuan sesuai minat akan terfokus untuk disalurkan, dan tentunya ilmu dari pendidikan formal dapat digunakan dengan maksimal. 

Proses pendidikan yang tidak kalah penting adalah pendidikan informal. Pendidikan formal dan nonformal tidak dapat berjalan dengan baik bila pendidikan informalnya terganggu. Pendidikan informal diperoleh dari lingkungan dimana seorang anak tumbuh dan berkembang serta menjalani sebagian besar hidupnya, yaitu keluarga dan lingkungan masyarakat. Pendidikan tidak hanya melulu soal menjadi pintar, melainkan bertujuan untuk menjadikan anak menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur sehingga dapat hidup dengan sejahtera dan bermanfaat bagi masyarakat.

    Rumah adalah tempat pendidikan pertama kali bagi seorang anak dan merupakan tempat yang paling berpengaruh terhadap pola hidup seorang anak. Anak yang hidup di tengah keluarga yang harmonis, dan mengajarkan nilai-niai agama, kemanusiaan, tingkah laku, dan etika yang baik maka anak juga akan menjadi pribadi yang baik dan belajar dengan baik pula. Lingkungan kehidupan sekolah seperti hubungan sosialnya dengan para guru dan temannya juga sangat berpengaruh pada proses pendidikan etika dan sosialnya. 

    Peran masyarakat juga mendukung perkembangan pendidikan bagi anak. Lingkungan masyarakat yang harmonis akan membawa pengaruh baik pula bagi anak. Kita sebagai anggota masyarakat harus memberi contoh yang baik, terutama dalam bidang etika dan sosialnya. Apabila di lingkungan masyarakat ada tetangga atau teman-temannya berkata kasar, merokok, kebut-kebutan, dsb., anak cenderung akan penasaran dan mengikutinya. Lingkungan yang tidak harmonis, juga akan mempengaruhi psikologi anak. Seorang anak akan menjadi minder ataupun bersikap buruk bila ia hidup pada lingkungan yang buruk pula. Anak juga harus memilah mana teman yang memberi dampak positif dan mana yang sebaliknya. Karena itu, peran masyarakat untuk mendukung pendidikan karakter anak sangat penting.

    Seiring berkembangaya teknologi, media yang dilihat anak dan dapat menjadi sarana belajarnya juga semakin banyak. Dulu, anak hanya bisa belajar dari membaca buku, koran, dan majalah, serta menonton TV dan mendengarkan radio. Sedangkan sekarang terdapat banyak gawai canggih yang dapat pula mempengaruhi pola pikirnya.

    Dengan kemajuan teknologi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang tak terbatas dari internet. Berbagai aplikasi dapat digunakan menjadi metode belajar baru yang menarik. Anak dapat belajar apa yang tidak dipelajari di sekolah secara otodidak dengan berbagai media yang ada. Bahkan informasi untuk orang dewasa pun dengan mudah diaksesnya. Teknologi digital juga akan membuat pendidikan semakin maju karena dapat dilakukan dengan lebih banyak cara. 

    Namun, media ini telah menyumbangkan dampak negatif, sebab bahaya yang timbul dari internet lebih banyak daripada manfaatnya. Bahkan media ini dapat mengenyampingkan nilai kemuliaan dan kesucian dalam kamus kehidupan manusia. Seperti dengan adanya situs porno, penggunaan kata-kata kasar, kecanduan bermain game online, judi online, bahkan sampai terdapat pula kejahatan digital (cyber cryme). Berbagai dampak negatif ini dapat membuat anak menjadi bersikap arogan, kehilangan sopan santun, rasa peduli, terbiasa berata kasar, dan malas untuk belajar. Orang tua harus mengawasi dan membatasi apa yang anak baca, dengarkan, dan tonton. Karena pengaruh dari berbagai teknologi digital tersebut sangat berbahaya bila tidak ditangani dengan baik, mulai dari aspek psikologi maupun fisiologi.

    Pendidikan banyak bentuknya, mulai dari pendidikan formal di sekolah, pendidikan nonformal di eskul dan kursus, pendidikan informal di keluarga dan masyarakat, bahkan dengan teknologi, situs inernet pun bisa menjadi tempat belajar yang bermanfaat. Namun tak jarang, pendidikan dapat terhambat pula oleh ketidakharmonisan, contoh yang buruk, ataupun kurangnya pengawasan dalam penggunaan teknologi digital yang malah mengikis nilai-nilai budaya, agama, juga moral. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang maksimal sehingga mencapai kemajuan, kita khususnya sebagai mahasiswa ataupun pengajar serta anggota masyarakat perlu untu memperbaiki pola pikir mengenai pendidikan. Tanamkan tujuan pendidikan sebenarnya, berilah contoh yang baik, serta awasi selalu supaya tidak terjadi penyimpangan yang akan merusak masa depannya. 

 

Referensi :

Majalah As-Sunnah Edisi 03//Tahun XII/1429H/2008M.

https://almanhaj.or.id/2679-pengaruh-lingkungan-terhadap-pendidikan-anak.htmlAlmanhaj.

DH, I. K. (2012). Kinerja pendidikan kesetaraan sebagai salah satu jenis pendidikan nonformal. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 18(1), 65-84.

Post a Comment