Nama : MUHAMMAD AL-RIFQU

NPM : 2110631050097


PERAN MAHASISWA DALAM KRISIS SAMPAH PLASTIK


Akhir-akhir ini, pencemaran sampah plastik sekali pakai selalu menjadi

topik utama dalam pembahasan pelestarian dan pencemaran lingkungan. Menurut

data Sistem Pengolahan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan (KLHK) 2023, hingga 24 Juli 2024, timbunan sampah

nasional dari 290 kabupaten/kota mencapai 31,9 juta ton. Dari jumlah tersebut,

64,3% atau 20,5 juta ton dapat terkelola, sementara 35,7% atau 11,4 juta ton tidak

terkelola dengan baik. Meskipun data tersebut belum mencakup seluruh 514

kabupaten/kota di Indonesia, angka ini menunjukkan besarnya tantangan

pengelolaan sampah di Indonesia. Penggunaan sampah plastik sekali pakai dalam

kegiatan sehari-hari seperti berbelanja menjadi alasan utama lonjakan sampah

terjadi.


Mahasiswa, sebagai agen perubahan serta generasi muda yang teredukasi,

dapat berperan penting dalam mengatasi krisis masalah plastik ini, terutama melalui

upaya pengurangan penggunaan plastik sekali pakai dalam kehidupan sehari-hari.

Mahasiswa memiliki tanggung jawab moral untuk turut serta dalam upaya

pelestarian lingkungan, khususnya di area sekitar kampus. Dengan bekal

pengetahuan dan wawasan yang dimiliki, mahasiswa dapat menjadi kunci utama

dalam kehidupan berkelanjutan yang asri dan bebas sampah plastik. Peran

sederhana namun nyata dan tepat guna yang dapat dilakukan oleh mahasiswa dalam

upaya pengurangan pencemaran sampah plastik adalah sebagai berikut.


1. Aksi Nyata secara Mandiri

Dalam melakukan aktivitas rutin sehari-hari, mahasiswa dapat secara

mandiri mencoba mengurangi penggunaan sampah plastik sekali pakai. Mahasiswa

dapat beralih dengan mengikuti gaya hidup “Zero Waste” sebagai langkah awal.

Perubahan kecil seperti membawa botol minum sendiri yang dapat digunakan

berkali-kali ketika beraktivitas, membawa tas kain untuk berbelanja, dan

menggunakan alat makan yang dapat digunakan secara berulang dapat dilakukan

oleh mahasiswa sebagai tindakan sederhana namun berdampak besar.

Ketika tindakan-tindakan tersebut dilakukan secara konsisten dan teratur,

mahasiswa tidak hanya berkontribusi dalam gerakan pengurangan sampah plastik

sekali pakai, namun juga menjadi contoh yang baik bagi lingkungan sekitarnya seperti teman, keluarga, dan masyarakat sekitar kampus sehingga menciptakan efek

persuasi. Dengan semakin berkurangnya penggunaan plastik sekali pakai, gaya

hidup sehat dan berkelanjutan yang mendukung pelestarian lingkungan akan

tercapai.


2. Gerakan Penyuluhan melalui Media Sosial

Mahasiswa dapat mengoptimalkan peluang yang ada di era digital ini

dengan memanfaatkan media sosial sebagai alat penyuluhan kesadaran akan

pencemaran sampah plastik sekali pakai karena media sosial memiliki jangkauan

penyebaran informasi yang sangat luas. Kegiatan seperti pembuatan konten

menarik terkait pencemaran sampah plastik sekali pakai dapat meningkatkan

kesadaran masyarakat di sekitar kampus, disertai dengan penggunaan tagar dan

pengadaan tantangan berhadiah dapat meningkatkan partisipasi aktif masyarakat.

Pembuatan konten edukatif seperti infografis, video singkat, dan poster digital

dapat menjelaskan dampak negatif sampah plastik sekali pakai bagi lingkungan

secara visual dan menarik.


Mahasiswa juga dapat mengadakan live discussion dan webinar, dengan

mengundang narasumber terpercaya seperti para ahli lingkungan untuk berbagi

pengetahuan dan solusi atas permasalahan sampah plastik sekali pakai. Kegiatan

seperti ini memanfaatkan fitur live streaming yang dapat diikuti secara interaktif

oleh banyak orang. Selain itu, kolaborasi dengan influencer lingkungan merupakan

strategi yang efektif karena para influencer memiliki pengikut yang besar dan

mampu menjangkau lebih banyak audiens, tidak hanya masyarakat sekitar kampus.

Dengan dukungan influencer, pesan yang disampaikan bisa lebih dipercaya dan

didukung oleh komunitas yang lebih luas. Inti dari penggunaan media sosial dalam

gerakan penyuluhan ini adalah menciptakan interaksi yang mudah diakses dan

melibatkan banyak pihak secara aktif, sehingga tujuan utama untuk meningkatkan

kesadaran akan pencemaran sampah plastik sekali pakai dapat tercapai.


3. Inisiatif Lokal

Mahasiswa dapat mengajukan usulan kepada pihak kampus untuk

mendukung penerapan gaya hidup "Zero Waste" dengan menyediakan fasilitas seperti tempat sampah terpisah berdasarkan jenisnya dan bank sampah. Bank

sampah ini akan berperan sebagai pusat di mana mahasiswa dan warga kampus bisa

mengumpulkan sampah plastik, yang kemudian dapat ditukar dengan insentif,

seperti poin yang dapat digunakan untuk membeli produk ramah lingkungan atau

hadiah menarik lainnya. Adanya bank sampah akan mendorong kesadaran lebih

besar tentang pentingnya daur ulang dan pengelolaan sampah di kalangan

mahasiswa. Di era digital, pengelolaan bank sampah bisa lebih efisien dengan

memanfaatkan QR Code yang mengarahkan pengguna ke form pelaporan sampah

yang telah mereka kumpulkan. Dengan penerapan QR Code di bank sampah,

pendataan seperti jenis dan berat sampah menjadi lebih mudah dibandingkan cara

manual. Selain itu, sistem ini memungkinkan mahasiswa untuk mengumpulkan

sampah secara mandiri tanpa harus menunggu petugas bank sampah berjaga

sepanjang hari, sehingga pengelolaan dapat berlangsung lebih fleksibel dan efisien.


4. Kolaborasi dengan Komunitas

Mahasiswa dapat melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak terkait

sebagai bentuk pengoptimalan tiga poin sebelumnya. Mahasiswa dapat

berkolaborasi dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di kampus, seperti UKM

pecinta lingkungan (Mapalaska), untuk menggalang kampanye pengurangan

sampah plastik. Kolaborasi ini dapat berupa kegiatan edukasi, penyuluhan, dan aksi

nyata seperti program bersih-bersih kampus atau workshop daur ulang. Dalam era

digital, kampanye ini bisa diperkuat dengan platform media sosial yang

dimanfaatkan untuk menyebarkan informasi, membuat tantangan seperti "30 Hari

Tanpa Plastik" dan tantangan sejenis lainnya, atau menyelenggarakan webinar

tentang dampak sampah plastik. Selain itu, UKM dapat menjalin kerja sama dengan

komunitas lingkungan di luar kampus untuk memperluas dampak dan

memperkenalkan mahasiswa pada kegiatan-kegiatan di tingkat yang lebih luas,

seperti aksi bersih pantai atau program pengelolaan sampah terpadu.

Kolaborasi juga dapat dilakukan dengan komunitas online yang fokus pada

lingkungan, seperti grup di Facebook atau forum diskusi digital lainnya. Mahasiswa

bisa berbagi informasi, ide, dan solusi terkait penanganan sampah plastik serta

mendapatkan inspirasi dari komunitas internasional.


Mahasiswa memiliki peran penting dalam mengatasi masalah sampah

plastik sekali pakai. Dengan status mereka sebagai agen perubahan dan generasi

terdidik, mahasiswa diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata terhadap

pelestarian lingkungan, baik melalui tindakan individu maupun gerakan kolektif.

Melalui perubahan gaya hidup, seperti mengadopsi pola hidup "Zero Waste", dan

memanfaatkan media sosial sebagai alat penyuluhan, mahasiswa dapat memperluas

dampak dari upaya pengurangan sampah, khususnya sampah plastik sekali pakai.

Selain itu, kolaborasi dengan pihak kampus dan komunitas, baik internal maupun

eksternal, dan secara online maupun offline, mampu memperkuat gerakan ini,

menciptakan kesadaran yang lebih luas tentang bahaya sampah plastik sekali pakai

terhadap lingkungan. Tindakan-tindakan seperti mengurangi penggunaan plastik

sekali pakai, membawa botol minum dan alat makan yang dapat dipakai berulang

sendiri, mengadakan kampanye edukatif, serta mendirikan bank sampah menjadi

contoh konkret yang dapat diimplementasikan sebagai peran mahasiswa. Dengan

demikian, mahasiswa tidak hanya dapat membantu mengurangi pencemaran

sampah plastik, tetapi juga menjadi inspirasi bagi lingkungan sekitarnya untuk ikut

serta dalam menjaga keberlanjutan alam.


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama